Pemkot Denpasar Kolaborasi Dengan Itb Bidang Teknologi

SCCIC – (25/9), Pemerintah Kota Denpasar dalam menciptakan perkembangan teknologi, guna untuk menjadkan Kota Denpasar sebagai SmartCity kali ini melakukan kerja sama dengan Institute Teknologi Bandung atau disingkat dengan ITB. Sebuah langkah yang tepat diambil oleh Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra untuk membawa Kota Denpasar sebagai sebuah Smart City atau kota pintar. Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat dan diperlukannya invasi dan daya kreatifitas untuk Kota Denpasar yang lebih baik kedepannya.

Transformasi langkah Rai Mantra dalam mengubah tata Pemerintahan Kota Denpasar berbasis digital. Langkah demi langkah dilakukan dengan memperkenalkan Kota Denpasar melalui website, kemudia disusul dengan sebuah transparansi serta akunbilitas dan transaksi-transaksi atau proses secara elektonik seperti, e-bugeting, e-planing dan sebagainya. Itu merupakan sebuah proses yang harus dilakukan di pemerintahan agar lebih efektif.

Untuk itu perlu ada nya sebuah pengentahuan akan Smart City dengan tantangan mengubah pola pikir dari pada Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat menjadi orang-orang yang mengetahui tentang teknologi, terutama di Pemerintahan./ denpasarkota.go.id

[Indra Irawan]

Kota Tual Kunjungi Sccic Living Lab

SCCIC – (8/1), Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Kota Tual Hakim Bugis, kunjungi rumah Smart City and Community Innovation Center di kampus Institut Teknologi Bandung pada Senin (8/1).

Kehadirannya juga disambut Ketua Forum Smart City Indonesia dan juga guru besar Institut Teknologi Bandung Prof. Suhono Supangkat.

Pertemuan tersebut membahas mengenai inovasi pengembangan dari Smart City and Community Inovation Center di ITB. Pengembangan tersebut antara lain adalah mengenai konsep smart city, model smart city, indikator-indikator untuk kota cerdas, dan juga pembahasan hasil pengukuran kota Tual pada Rating Kota Cerdas Indonesia 2017.

Selain mengenai pembahasan smart city, kota Tual dikenalkan dengan smart tourism Tripisia atau disebut Trip Planner Indonesia untuk mengeksplorasi sebuah destinasi. Tripisia membantu wisatawan melakukan rencana apa yang akan dilakukan, mencari akomodasi, restoran, dan acara dengan merekomendasikan itinerari otomatis berdasarkan preferensi dan budget.

Selain Tripisia, juga dikenalkan dengan smart school dari Indismart, smart health dari indihealth, Smart Identity Card Sidas, dan Integrated smart system platform.

Kepala Bidang Kominfo Tual mengatakan bahwa pengembangan teknologi pariwisata bagi Tual sangatlah penting.

“Bagaiamana menerapkan dan meningkatkan rangking smart city Tual, peningkatan kualitas masyarakat di sektor mana pun, seperti wisata”. katanya.

“ini adalah barang baru bagi kami, pemerintah kota Tual punya inisiatif yang sangat kuat, potensi wisata memerlukan pengembangan TIK”, tambahnya.

[Indra Irawan]

ITB dan University of Technology Sydney Buat Kolaborasi Kembangkan Smart City

SCCIC – Jumat (2/2), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan University of Technologi Sydney (UTS) bekerja sama dalam mengembangkan smart city (kota cerdas). Ide kota cerdas ini akan diterapkan di Indonesia dalam waktu dekat.

Father of Smart City Indonesia, yang juga peneliti dari Smart City and Community Innovation Center (SCCIC) ITB, Suhono Harso Supangkat menjelaskan bahwa kolaborasi ini untuk mencari persoalan kota yang menjadi masalah bagi masyarakat. “Kami berusaha memecahkan masalah urban area tersebut terlebih dahulu dan mencari pola smart city yang tepat,” kata Suhono dalam presentasinya.

Kerja sama ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull di Sydney, Australia, tahun lalu. Pembicaraan tersebut mengulas seputar meningkatkan kerja sama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.

Kerjasama akan dimulai membahas dan mengembangkan smart city Jakarta. Sebab, permasalahan Jakarta sudah jelas. Jakarta meluncurkan aplikasi Jakarta Smart City sejak tiga tahun lalu. Namun, menurut Suhono, kota cerdas bukan sekadar teknologi, melainkan pemahaman masyarakat. “Itu menjadi hal yang harus diperbaiki, dari sisi partisipasi. Kepentingan-kepentingan politik yang berdampak tidak baik juga harus dinetralkan,” kata dia.

Suhono mengatakan, smart city bukan hanya persoalan teknologi dan infrastruktur, tapi sumber daya manusia juga perlu disiapkan untuk menghadapi perkembangan tersebut. “Jika manusia tidak siap dalam melakukan pembangunan, maka smart city tidak akan tercapai,” ujarnya.

Dia menyebutkan beberapa kendala smart city di Indonesia. “Tidak hanya masalah teknologi, tapi masalah-masalah kultural masyarakat,” kata dia. “Kemudian masalah penerimaan masyarakat terhadap smartcity,.”

Anthony Burke, Dekan Kerja sama Internasional dan Eksternal untuk UTS School of Architechture mengatakan, kolaborasi ini akan memberikan keuntungan bagi banyak orang. “Kami melihat banyak bidang untuk kepentingan bersama yang akan menguntungkan banyak orang bagi kedua negara, bahkan diseluruh wilayah Asia Pasifik. Kami sangat antusias dengan kesempatan untuk mencari solusi perancangan smart city yang baik,” ujar Burke./Tempo.co

[Indra Irawan]