ITB dan University of Technology Sydney Buat Kolaborasi Kembangkan Smart City

SCCIC – Jumat (2/2), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan University of Technologi Sydney (UTS) bekerja sama dalam mengembangkan smart city (kota cerdas). Ide kota cerdas ini akan diterapkan di Indonesia dalam waktu dekat.

Father of Smart City Indonesia, yang juga peneliti dari Smart City and Community Innovation Center (SCCIC) ITB, Suhono Harso Supangkat menjelaskan bahwa kolaborasi ini untuk mencari persoalan kota yang menjadi masalah bagi masyarakat. “Kami berusaha memecahkan masalah urban area tersebut terlebih dahulu dan mencari pola smart city yang tepat,” kata Suhono dalam presentasinya.

Kerja sama ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull di Sydney, Australia, tahun lalu. Pembicaraan tersebut mengulas seputar meningkatkan kerja sama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.

Kerjasama akan dimulai membahas dan mengembangkan smart city Jakarta. Sebab, permasalahan Jakarta sudah jelas. Jakarta meluncurkan aplikasi Jakarta Smart City sejak tiga tahun lalu. Namun, menurut Suhono, kota cerdas bukan sekadar teknologi, melainkan pemahaman masyarakat. “Itu menjadi hal yang harus diperbaiki, dari sisi partisipasi. Kepentingan-kepentingan politik yang berdampak tidak baik juga harus dinetralkan,” kata dia.

Suhono mengatakan, smart city bukan hanya persoalan teknologi dan infrastruktur, tapi sumber daya manusia juga perlu disiapkan untuk menghadapi perkembangan tersebut. “Jika manusia tidak siap dalam melakukan pembangunan, maka smart city tidak akan tercapai,” ujarnya.

Dia menyebutkan beberapa kendala smart city di Indonesia. “Tidak hanya masalah teknologi, tapi masalah-masalah kultural masyarakat,” kata dia. “Kemudian masalah penerimaan masyarakat terhadap smartcity,.”

Anthony Burke, Dekan Kerja sama Internasional dan Eksternal untuk UTS School of Architechture mengatakan, kolaborasi ini akan memberikan keuntungan bagi banyak orang. “Kami melihat banyak bidang untuk kepentingan bersama yang akan menguntungkan banyak orang bagi kedua negara, bahkan diseluruh wilayah Asia Pasifik. Kami sangat antusias dengan kesempatan untuk mencari solusi perancangan smart city yang baik,” ujar Burke./Tempo.co

Menggerakan Masyarakat dalam Keterlibatan Membangun Smart City

SCCIC.ID, (21/02) – University of Technology Sydney dan Institut Teknologi Bandung berkolaborasi bersama untuk mengembangkan kota cerdas. Prasyarat utama dari terwujudnya kota cerdas adalah munculnya keterlibatan masyarakat dan seluruh komponen untuk bersama-sama membangun kota.

Perserikatan Bangsa-Bangsa memprediksi pada 2030 dunia akan memiliki 41 megakota dengan 10 juta penduduk atau lebih. Karena itu, diperlukan gerakan bersama untuk membangun kota cerdas yang bisa memenuhi kebutuhan warganya dengan layak.

“Kota cerdas terdiri atas tiga tahapan. Pertama, kota cerdas 1,0 yang melihat teknologi sebagai solusi. Kedua, kota cerdas 2,0 yang melihat kepala daerah mereka sebagai sosok panutan utama. Ketiga, kota cerdas 3,0 yang mampu menggerakkan masyarakat untuk mau terlibat dalam membangun kota. Jadi, pengembangan kota cerdas bukan sekedar membangun teknologi, melainkan bagaimana seluruh komponen mau mendukung dan terlibat,” kata Ketua Smart Indonesia Initiatives ITB Suhono Harso Supangkat, Rabu (31/1), di Jakarta.

Kerja sama antara UTS dan ITB sudah berlangsung sejak tahun lalu saat kedua lembaga menggelar seminar dan workshop “Role of Smart Citizenship in Smart Cities: Lessons Learned” di Jakarta. Melalui kerja sama ini, UTS dan ITB akan mengembangkan sebuah kerangka kerja untuk membantu kota-kota di Indonesia, Australia, dan Asia Pasifik dalam menciptakan solusi kota cerdas.

Menurut Dekan Kerja Sama Internasional dan Eksternal UTS Anthony Burke, selama ini pengembangan kota-kota di dunia cenderung berkiblat ke belahan dunia sebelah utara, seperti di Eropa dan sekitarnya, namun, untuk bisa mewujudkan kota cerdas, mestinya dibutuhkan riset yang mendalam di setiap kawasan mengingat setiap kota memiliki ciri dan kekhasan tersendiri.

Proyek pengembangan kota cerdas menekankan dua tujuan, yaitu tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

“Siapakah itu yang disebut orang bahagia? Apakah orang kaya? Menurut riset, orang bahagia adalah mereka yang hidup nyaman, merasakan kepuasan dan kepenuhan hidup, serta mampu menyikapi stres sebagai tantangan, bukan masalah,” ujar Guru Besar Kesehatan Mental Fakultas Kesehatan UTS Prasuna Reddy.

Selain dengan ITB, UTS melalui lembaganya, UTS insearch, juga bekerja sama dengan Universitas Brawijaya, Malang, dalam pengajaran bahasa Inggris akademik bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang akan studi ke Australia.

Tahun 2017, UTS Insearch menawarkan beasiswa sebesar 300.000 dollar Australia kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia./Apic.city