TRIPISIA: Persiapan Tenang, Liburan pun Senang

Mengefisiensi planning dan budgeting berwisata di Indonesia, Trip Planner Indonesia atau Tripisia cocok digunakan untuk mengeksplorasi destinasi wisata Anda.

Tripisia membantu wisatawan melakukan rencana apa yang akan dilakukan, mencari akomodasi, restoran, dan atau acara dengan merekomendasikan itinerary otomatis berdasarkan preferensi dan budget.

Penggagas awal Tripisia, Sri Ratna Wulan, mengatakan Tripisia hadir untuk membantu wisatawan Indonesia dalam menyusun tempat – tempat wisata yang dapat dikunjungi sesuai budget yang direncanakan.

“Tahap perencanaan ini bisa jadi sangat menyulitkan jika waktu wisatanya lama dan tempat wisata yang dikunjungi banyak. Belum lagi bagaimana menyesuaikan rencana perjalanan dengan budget yang ada. Selain itu biasanya kita juga harus mencari informasi tempat wisata yang dapat kita kunjungi satu per satu”, jelas Andrew, yang saat ini menjabat sebagai project manager dari Tripisia.

Tripisia adalah sebuah platform yang bertujuan untuk mengintegrasikan data destinasi pariwisata Indonesia dan mengintegrasikan layanan pariwsata seperti akomodasi, atraksi wisata, dan tempat makan sesuai budget yang ditentukan pengguna Tripisia.

Integrasi Layanan Promosi

Selain itu, Tripisia bertujuan untuk mengintegrasikan layanan untuk mempromosikan restoran dan cafe, lokal-lokal bisnis, dan juga acara. Nantinya, Tripisia dapat memberikan tautan jika ingin memesan hotel dalam satu tempat sehingga wisatawan hanya perlu mengeksplorasi apa yang diperlukan di dalam Tripisia.

“Tripisia kini telah bekerjasama juga dengan Kereta Wisata atau Kawis, hal ini bisa memudahkan pengguna kawis dalam merencanakan itinerary berwisata menggunakan kereta api” jelas Andrew.

Setup Aplikasi Tripisia di Smartphone Anda

Anda dapat menggunakan Tripisia di handphone Android dengan mengunduhnya di Play Store atau bisa mengakses https://tripisia.id Apabila anda melakukan registrasi, anda dapat menyimpan rencana perjalanan yang sudah dibuat untuk digunakan kembali sewaktu – waktu.

Temukan Informasi yang Berguna tentang Tempat Perjalanan Anda

Selain itu, Anda bisa mengeksplorasi informasi mengenai atraksi wisata, restoran, penginapan, cara pergi ke sebuah tempat, tips-tips dalam Tripisia.

Sebagai traveler, Anda juga bisa menambahkan informasi, membuat rekomendasi itinerary perjalanan atau meriview sebuah tempat dan atau aktivitas dalam Tripisia, sehingga pengalaman Anda menjadi referensi wisatawan lainnya di Tripisia. Bagi Anda pembuat bisnis juga dapat mengklaim bisnis Anda, mengupdate informasi dan mempromosikan bisnis. Keterlibatan ini diperlukan agar keandalan dan kelengkapan informasi bisa tercapai. Dengan begitu, Tripisia diharapkan mampu menjadi salah satu bagian dalam meningkatkan infrastruktur teknologi informasi untuk pariwisata dan mendukung program pemerintah dalam meningkatkan jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara.

Goesmart 2018 Ajang Wujudkan Indonesia Cerdas

Perhelatan besar forum Indonesia cerdas tahun 2018 yang digelar e-Indonesia Initiatives Forum (EII) dan Forum Smart Indonesia Initiative (SII) bertema Goesmart 2018 merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan komunitas, masyarakat, desa, kota/kabupaten, provinsi, dan Indonesia yang cerdas.

Agenda yang akan ada pada Goesmart 2018 di Semarang ini yakni sejumlah seminar nasional seperti SIIF seminar internasional, ICISS 2018, forum APIC, C-Gen Festival dan Smart City Tour Semarang. Seminar ini nanti akan menjadi tempat untuk membahas dan mendiskusikan segala bentuk masalah yang ada serta kemampuan sebuah kota dan juga memberikan saran agar dapat terwujud sebuah kota yang aman, nyaman dan berkelanjutan.

Forum Prakarsa e-Indonesia atau e-Indonesia Initiatives Forum telah berlangsung selama 10 kali sejak tahun 2005. Dalam setiap acara forum, rata-rata pengunjung yang hadir melebihi 1000 peserta, baik dari kalangan akademisi, industri hingga pemerintahan.

Sekumpulan rekomendasi dan aksi telah berjalan berhasil dijalankan dengan baik. Mulai dari urgensi pentingnya pembangunan Infrastruktur TIK, pengembangan sumber daya manusia, tatakelola hingga generasi muda pengguna TIK Rekomendasi e-II ke 11 tahun 2015 memberikan amanah agar pemangku kepentingan Indonesia rekomendasi eii 11 tahun 2015 memberikan amanah agar para pemangku kepentingan di indonesia lebih berinovasi dalam berbagai sektor untuk membangun Indonesia melalui inovasi TIK dan Non-TIK, mewujudkan tatakelola pada skala lokal dan nasional, melakukan kolaborasi dalam mebangun kebijakan dan regulasi untuk mendukung inovasi, melakukan edukasi kepada berbagai stakeholder untuk membangun Indonesia, dan pemerataan infrastruktu TIK maupun non-TIK diberbagai pelosok di Indonesia.

Rekomendasi ini juga sangat relevan dengan amanah pembukaan UUD 45 yang mengarahkan bahwa salah satu tujuan pembangunan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk melaksanakan itu, mulai tahun 2015 telah disiapkan pembentukan Prakarsa Indonesia Cerdas yang dalam kelanjutannya dikembangkan untuk Kota Cerdas dan Komunitas Cerdas. Selanjutanya ITB telah mengusulkan suatu model awal Kota Cerdas Indonesia (Garuda Smart City Model). seperti gambar di bawah ini.

 

Garuda Smart City Model (GSCM) adalah sebuah konsep atau metode awal yang dikembangkan untuk mengukur tingkat kematangan pengembangan smart city dengan target penentuan kondisi existing, pengembangan rekomendasi, roadmap dan pemeringkatan. Sacara umum GSCM memiliki 3 karakterisitk (ekonomi, sosial, dan lingkungan), 3 enabler (teknologi, tatakelola, dan people), 12 faktor (pusat ekonomi, industri, pendidikan, sumberdaya alam, keamanan dan bencana, kesehatan, transportasi, pelayanan publik, sosial digital, energi, lingkungan, dan tataruang) dan 111 indikator dengan hasil pengukuran terdiri dari 5 level, yaitu ad hoc, initiative, scattered, integrative, smart. Level ini memperlihatkan sejauh mana inisiasi atau implementasi smart city diterapkan oleh kota. Level ini menunjukan kondisi eksisting kota dalam menerapkan konsep smart city.

Goesmart 2018

[youtube v=”P7UeDtk4eMk”]

Bukittinggi Akan Buat Kolaborasi dengan ITB Soal Smart City

SCCIC.ID, (21/03) – Bukittinggi akan buat kolaborasi dengan ITB soal smart city, hal tersebut disampaikan Wakil walkot Bukittinggi, H. Irwandi, S.H, saat Living Lab Smart City and Community Innovation Center ITB kembali lakukan penjelasan hasil Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 (RKCI 2017), Kota Tanjungbalai dan Kota Bukittinggi, di Living Lab Smart City SCCIC ITB pada Kamis (20/03).

Hadir dalam pembahasan tersebut, yakni Wakil walkot Bukittinggi, H. Irwandi, S.H, Kepala Diskominfo Kota bukittinggi Drs. H. Johni, Kepala Diskominfo kota Tanjungbalai DrsWalman RP Girsang dan perwakilan dari Bapeda Kota Tanjungbalai.

Kehadiran tersebut disambut oleh Ketua Smart City Indonesia, Prof. Suhono Harso Supangkat dan beberapa peneliti Smart City ITB, Dr. Ir. Arry Akhmad Arman, Hendra Sandy.

Wakil walikota Bukittinggi, H. Irwandi, S.H, mengatakan pembahasan RKCI tersebut menjadi suatu pemahaman bahwa smart city bukan masalah berbasis IT.

“smart city bukan maslah IT, bahwa hal tersebut berimplikasi ke masalah sosial, dan yang lainnya. Sehingga penyelesaiannya tidak selalu dengan berbasis IT.” Kata Irwandi saat diwawancarai usai penjelasan RKCI tersebut di SCCIC Living Lab ITB.

Irwandi menambahkan dirinya sangat terbantu dengan adanya penjelasan hasil RKCI 2017 tersebut. “kini karena kita sudah tahu kita berada pada kuadrat mana, ke kedepannya akan kerjasama dengan ITB dalam membangun smart city living lab di Bukittinggi” kata Irwandi.

Mengenai inovasi yang dikembangkan oleh SCCIC, Bukittinggi akan ada banyak penerapan inovasi tersebut, oleh karenanya ia sangat berkeinginan membuat kolaborasi dengan ITB.

“Harapannya, setelah adanya evaluasi RKCI, Bukittinggi akan jadikan evaluasi apa saja yang perlu diperbaiki, seperti dalam SDM, hal ini bisa diperkuat dengan adanya kerjasama dengan ITB ini. Seperti penguatan kapasitas SDM” jelasnya.

Menurut Irwandi, membangun smart city tidaklah mudah, menurutnya Smart city bukan mencari prestise, tapi kebutuhan, optimisme nya tinggi dari keberhasilan smart city ialah sebagai efisiensi kota, seperrti dalam mengelola kebijakan pemerintah agar transfaran, dan cerdas dalam bertindak dalam ekonomi sosial budaya dan lainnya.

“Walaupun sekarang belum ada kota di Indonesia yang 100 persen sudah smart city, oleh karena itu harus banyak pendekatan pada SDM. Sosialisasi perlu dilakukan untuk mengenalkan pada masyarakat akan smart city.” Pungkasnya.

ITB Bahas Hasil RKCI 2017 Kota Makassar dan Manado

SCCIC.ID, (15/03) – Living Lab Smart City and Community Innovation Center ITB kembali lakukan penjelasan hasil Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 (RKCI 2017), Kepada Diskominfo Kota Makassar dan Kota Manado, di Living Lab Smart City SCCIC ITB pada Kamis (15/03).

Hadir dalam pembahsan tersebut, yakni Kepala Diskominfo Kota Makassar, Ismail Hajiali, Kepala Seksi Aplikasi Diskominfo Makassar Jusman, Kasi Aplikasi dan Telematika Muhammad Hamzah, dan Kabid Aptika Diskominfo Kota Manado.

Kehadiran tersebut disambut oleh Ketua Smart City Indonesia, Prof. Suhono Harso Supangkat dan beberapa peneliti Smart City ITB, Dr. Ir. Arry Akhmad Arman, Yuti Ariani, dan Ryan Adithya Nugraha.

Dalam pembahasan hasil RKCI 2017 Kota Makassar, Kepala Diskominfo Kota Makassar, Ismail Hajiali mengatakan bahwa pembahasan hasil RKCI 2017 tersebut sangat menambah wawasan.

“bahwa di daerah, membangun kota cerdas bukan lagi berbicara mengenai teknologi dan informasi semata, tapi memang bagaimana membangun kualitas hidup masyarakatnya” kata Ismail dalam wawancara kami usai acara penjelasan hasil RKCI 2017.

Menurut Ismail, meski Makassar sudah memulai konsep smart city, seperti adanya living lab, war room, lorong garden yang cerdas, cctv, dan integrasi layanan lainnya, ITB dalam hal ini bisa memberikan guidance dalam melaksanakan konsep smart city.

Selain membahas hasil RKCI 2017, peneliti SCCIC Living lab ITB juga mengenalkan mengenai ISSP, yaitu Integrated Smart System Platform, inovasi Smart Identity (sidas.id), indismart dan Tripisia (tripisia.com) yaitu trip planner Indonesia.

Mengenai inovasi Living Lab SCCIC tersebut, Ismail berpendapat bahwa inti dari layanan tersebut bisa menambah kualitas dan layanan hidup masyarakat menjadli lebih baik, dan langsung bisa dirasakan.

“Memang, sama Smart city bukan hanya mempunyai teknologi dan command center, bahwa inovasi kota cerdas bisa membangun kota sesuai kebutuhan” katanya.

Ismail berharap dengan adanya RKCI yang dilakukan ITB, akan bisa memotivasi atau mendorong daerah dalam membangun indikator kota cerdas.

Pada Awarding RKCI 2017, Tiga kategori penghargaan berhasil di menangkan kota Makassar yakni Rating Digital Government Readiness, Rating Kesiapan Integritas (Integration Readiness), serta Rating Pengembangan dan Pengelolaan Kota (smarter way).

Sedangkan, Kota Manado selain itu, setelah menerima penghargaan utama sebagai Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 kategori Kota Sedang yang diserahkan secara langsung Wakil Presiden RI dan diterima Wakil Walikota Manado Mor D,  Bastiaan mewakili Walikota Manado di Istana Wakil Presiden pada Senin, 11 Desember 2017, masih dalam rangkaian Rating Kota Cerdas Indonesia yakni acara Talkshow Samrt City yang dilaksanakan di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan Jakarta Pusat,  Kota Manado menerima 10 penghargaan kategori penilaian kota cerdas dari 13 kategori yang dinilai selaku Kota yang menuju cerdas (smart city).

 

Menggerakan Masyarakat dalam Keterlibatan Membangun Smart City

SCCIC.ID, (21/02) – University of Technology Sydney dan Institut Teknologi Bandung berkolaborasi bersama untuk mengembangkan kota cerdas. Prasyarat utama dari terwujudnya kota cerdas adalah munculnya keterlibatan masyarakat dan seluruh komponen untuk bersama-sama membangun kota.

Perserikatan Bangsa-Bangsa memprediksi pada 2030 dunia akan memiliki 41 megakota dengan 10 juta penduduk atau lebih. Karena itu, diperlukan gerakan bersama untuk membangun kota cerdas yang bisa memenuhi kebutuhan warganya dengan layak.

“Kota cerdas terdiri atas tiga tahapan. Pertama, kota cerdas 1,0 yang melihat teknologi sebagai solusi. Kedua, kota cerdas 2,0 yang melihat kepala daerah mereka sebagai sosok panutan utama. Ketiga, kota cerdas 3,0 yang mampu menggerakkan masyarakat untuk mau terlibat dalam membangun kota. Jadi, pengembangan kota cerdas bukan sekedar membangun teknologi, melainkan bagaimana seluruh komponen mau mendukung dan terlibat,” kata Ketua Smart Indonesia Initiatives ITB Suhono Harso Supangkat, Rabu (31/1), di Jakarta.

Kerja sama antara UTS dan ITB sudah berlangsung sejak tahun lalu saat kedua lembaga menggelar seminar dan workshop “Role of Smart Citizenship in Smart Cities: Lessons Learned” di Jakarta. Melalui kerja sama ini, UTS dan ITB akan mengembangkan sebuah kerangka kerja untuk membantu kota-kota di Indonesia, Australia, dan Asia Pasifik dalam menciptakan solusi kota cerdas.

Menurut Dekan Kerja Sama Internasional dan Eksternal UTS Anthony Burke, selama ini pengembangan kota-kota di dunia cenderung berkiblat ke belahan dunia sebelah utara, seperti di Eropa dan sekitarnya, namun, untuk bisa mewujudkan kota cerdas, mestinya dibutuhkan riset yang mendalam di setiap kawasan mengingat setiap kota memiliki ciri dan kekhasan tersendiri.

Proyek pengembangan kota cerdas menekankan dua tujuan, yaitu tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

“Siapakah itu yang disebut orang bahagia? Apakah orang kaya? Menurut riset, orang bahagia adalah mereka yang hidup nyaman, merasakan kepuasan dan kepenuhan hidup, serta mampu menyikapi stres sebagai tantangan, bukan masalah,” ujar Guru Besar Kesehatan Mental Fakultas Kesehatan UTS Prasuna Reddy.

Selain dengan ITB, UTS melalui lembaganya, UTS insearch, juga bekerja sama dengan Universitas Brawijaya, Malang, dalam pengajaran bahasa Inggris akademik bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang akan studi ke Australia.

Tahun 2017, UTS Insearch menawarkan beasiswa sebesar 300.000 dollar Australia kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia./Apic.city