Goesmart 2018 Ajang Wujudkan Indonesia Cerdas

Perhelatan besar forum Indonesia cerdas tahun 2018 yang digelar e-Indonesia Initiatives Forum (EII) dan Forum Smart Indonesia Initiative (SII) bertema Goesmart 2018 merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan komunitas, masyarakat, desa, kota/kabupaten, provinsi, dan Indonesia yang cerdas.

Agenda yang akan ada pada Goesmart 2018 di Semarang ini yakni sejumlah seminar nasional seperti SIIF seminar internasional, ICISS 2018, forum APIC, C-Gen Festival dan Smart City Tour Semarang. Seminar ini nanti akan menjadi tempat untuk membahas dan mendiskusikan segala bentuk masalah yang ada serta kemampuan sebuah kota dan juga memberikan saran agar dapat terwujud sebuah kota yang aman, nyaman dan berkelanjutan.

Forum Prakarsa e-Indonesia atau e-Indonesia Initiatives Forum telah berlangsung selama 10 kali sejak tahun 2005. Dalam setiap acara forum, rata-rata pengunjung yang hadir melebihi 1000 peserta, baik dari kalangan akademisi, industri hingga pemerintahan.

Sekumpulan rekomendasi dan aksi telah berjalan berhasil dijalankan dengan baik. Mulai dari urgensi pentingnya pembangunan Infrastruktur TIK, pengembangan sumber daya manusia, tatakelola hingga generasi muda pengguna TIK Rekomendasi e-II ke 11 tahun 2015 memberikan amanah agar pemangku kepentingan Indonesia rekomendasi eii 11 tahun 2015 memberikan amanah agar para pemangku kepentingan di indonesia lebih berinovasi dalam berbagai sektor untuk membangun Indonesia melalui inovasi TIK dan Non-TIK, mewujudkan tatakelola pada skala lokal dan nasional, melakukan kolaborasi dalam mebangun kebijakan dan regulasi untuk mendukung inovasi, melakukan edukasi kepada berbagai stakeholder untuk membangun Indonesia, dan pemerataan infrastruktu TIK maupun non-TIK diberbagai pelosok di Indonesia.

Rekomendasi ini juga sangat relevan dengan amanah pembukaan UUD 45 yang mengarahkan bahwa salah satu tujuan pembangunan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk melaksanakan itu, mulai tahun 2015 telah disiapkan pembentukan Prakarsa Indonesia Cerdas yang dalam kelanjutannya dikembangkan untuk Kota Cerdas dan Komunitas Cerdas. Selanjutanya ITB telah mengusulkan suatu model awal Kota Cerdas Indonesia (Garuda Smart City Model). seperti gambar di bawah ini.

 

Garuda Smart City Model (GSCM) adalah sebuah konsep atau metode awal yang dikembangkan untuk mengukur tingkat kematangan pengembangan smart city dengan target penentuan kondisi existing, pengembangan rekomendasi, roadmap dan pemeringkatan. Sacara umum GSCM memiliki 3 karakterisitk (ekonomi, sosial, dan lingkungan), 3 enabler (teknologi, tatakelola, dan people), 12 faktor (pusat ekonomi, industri, pendidikan, sumberdaya alam, keamanan dan bencana, kesehatan, transportasi, pelayanan publik, sosial digital, energi, lingkungan, dan tataruang) dan 111 indikator dengan hasil pengukuran terdiri dari 5 level, yaitu ad hoc, initiative, scattered, integrative, smart. Level ini memperlihatkan sejauh mana inisiasi atau implementasi smart city diterapkan oleh kota. Level ini menunjukan kondisi eksisting kota dalam menerapkan konsep smart city.

Goesmart 2018

[youtube v=”P7UeDtk4eMk”]

ITB dan University of Technology Sydney Buat Kolaborasi Kembangkan Smart City

SCCIC – Jumat (2/2), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan University of Technologi Sydney (UTS) bekerja sama dalam mengembangkan smart city (kota cerdas). Ide kota cerdas ini akan diterapkan di Indonesia dalam waktu dekat.

Father of Smart City Indonesia, yang juga peneliti dari Smart City and Community Innovation Center (SCCIC) ITB, Suhono Harso Supangkat menjelaskan bahwa kolaborasi ini untuk mencari persoalan kota yang menjadi masalah bagi masyarakat. “Kami berusaha memecahkan masalah urban area tersebut terlebih dahulu dan mencari pola smart city yang tepat,” kata Suhono dalam presentasinya.

Kerja sama ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull di Sydney, Australia, tahun lalu. Pembicaraan tersebut mengulas seputar meningkatkan kerja sama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.

Kerjasama akan dimulai membahas dan mengembangkan smart city Jakarta. Sebab, permasalahan Jakarta sudah jelas. Jakarta meluncurkan aplikasi Jakarta Smart City sejak tiga tahun lalu. Namun, menurut Suhono, kota cerdas bukan sekadar teknologi, melainkan pemahaman masyarakat. “Itu menjadi hal yang harus diperbaiki, dari sisi partisipasi. Kepentingan-kepentingan politik yang berdampak tidak baik juga harus dinetralkan,” kata dia.

Suhono mengatakan, smart city bukan hanya persoalan teknologi dan infrastruktur, tapi sumber daya manusia juga perlu disiapkan untuk menghadapi perkembangan tersebut. “Jika manusia tidak siap dalam melakukan pembangunan, maka smart city tidak akan tercapai,” ujarnya.

Dia menyebutkan beberapa kendala smart city di Indonesia. “Tidak hanya masalah teknologi, tapi masalah-masalah kultural masyarakat,” kata dia. “Kemudian masalah penerimaan masyarakat terhadap smartcity,.”

Anthony Burke, Dekan Kerja sama Internasional dan Eksternal untuk UTS School of Architechture mengatakan, kolaborasi ini akan memberikan keuntungan bagi banyak orang. “Kami melihat banyak bidang untuk kepentingan bersama yang akan menguntungkan banyak orang bagi kedua negara, bahkan diseluruh wilayah Asia Pasifik. Kami sangat antusias dengan kesempatan untuk mencari solusi perancangan smart city yang baik,” ujar Burke./Tempo.co

[Indra Irawan]