15 Tahun Lagi, 40 Persen Pekerjaan Di Dunia Digantikan Artificial Intellegence

SCCIC –  (18/ 01 / 2019 ) Dalam 15 tahun mendatang, 40 persen pekerjaan di dunia dapat dilakukan oleh mesin, menurut pakar kecerdasan buatan (artificial intelligence) di China, Kai Fu Lee, seperti dikutip CBS News.

AI (artificial intelligence) akan menggantikan pekerjaan manusia. Tidak hanya untuk buruh pabrik, tetapi juga karyawan kantoran, kata Lee.

“Sebagai pengendara roda empat, seperti sopir akan dengan mudah digantikan AI, sejumlah pekerjaan yang tampaknya sedikit rumit, seperti koki, pelayan kafe, banyak hal di antaranya yang akan menjadi otomatis digantikan AI dalam jangka waktu 15 sampai 25 tahun. AI akan menggantikan sekitar 40 persen dari pekerjaan di dunia.” Jelasnya.

Lee percaya, AI akan mengubah dunia ini jadi lebih baik dari apa pun dalam sejarah umat manusia. Bahkan listrik sekalipun.

Hal ini dilihatnya dari penelitian Lee membiayai perusahaan-perusahaan yang memasang sistem kecerdasan buatan di ruang kelas terpencil di seantero China untuk meningkatkan mutu pembelajaran bagi siswa-siswi yang tempat sekolahnya jauh dari kota-kota besar di Tiongkok. Sistem AI tersebut dirancang untuk mengukur minat dan kecerdasan siswa berdasarkan mata pelajaran.

“AI juga dapat membuat profil detil siswa dan mengetahui hambatan yang dialami oleh siswa tersebut, sehingga guru dapat mempersonalisasi area di mana siswa membutuhkan bantuan,” Jelas Lee.

Lee menambahkan AI akan menciptakan nilai, meningkatkan efisiensi, dan dalam arti luas melakukan lebih baik dari apa yang kita lakukan. Juga lebih cepat karena tidak perlu membangun jaringan listrik, koneksi internet, atau cell towers – karena hanya berjalan di cloud, dan itu jauh lebih plug-and-play daripada revolusi sebelumnya.

Baca lebih lanjut mengenai Artificial Intellegence di sini.

Atau bisa ditonton di video berikut ini.

[youtube v=”EXUjB_7zDSQ”]

TRIPISIA: Persiapan Tenang, Liburan pun Senang

Mengefisiensi planning dan budgeting berwisata di Indonesia, Trip Planner Indonesia atau Tripisia cocok digunakan untuk mengeksplorasi destinasi wisata Anda.

Tripisia membantu wisatawan melakukan rencana apa yang akan dilakukan, mencari akomodasi, restoran, dan atau acara dengan merekomendasikan itinerary otomatis berdasarkan preferensi dan budget.

Penggagas awal Tripisia, Sri Ratna Wulan, mengatakan Tripisia hadir untuk membantu wisatawan Indonesia dalam menyusun tempat – tempat wisata yang dapat dikunjungi sesuai budget yang direncanakan.

“Tahap perencanaan ini bisa jadi sangat menyulitkan jika waktu wisatanya lama dan tempat wisata yang dikunjungi banyak. Belum lagi bagaimana menyesuaikan rencana perjalanan dengan budget yang ada. Selain itu biasanya kita juga harus mencari informasi tempat wisata yang dapat kita kunjungi satu per satu”, jelas Andrew, yang saat ini menjabat sebagai project manager dari Tripisia.

Tripisia adalah sebuah platform yang bertujuan untuk mengintegrasikan data destinasi pariwisata Indonesia dan mengintegrasikan layanan pariwsata seperti akomodasi, atraksi wisata, dan tempat makan sesuai budget yang ditentukan pengguna Tripisia.

Integrasi Layanan Promosi

Selain itu, Tripisia bertujuan untuk mengintegrasikan layanan untuk mempromosikan restoran dan cafe, lokal-lokal bisnis, dan juga acara. Nantinya, Tripisia dapat memberikan tautan jika ingin memesan hotel dalam satu tempat sehingga wisatawan hanya perlu mengeksplorasi apa yang diperlukan di dalam Tripisia.

“Tripisia kini telah bekerjasama juga dengan Kereta Wisata atau Kawis, hal ini bisa memudahkan pengguna kawis dalam merencanakan itinerary berwisata menggunakan kereta api” jelas Andrew.

Setup Aplikasi Tripisia di Smartphone Anda

Anda dapat menggunakan Tripisia di handphone Android dengan mengunduhnya di Play Store atau bisa mengakses https://tripisia.id Apabila anda melakukan registrasi, anda dapat menyimpan rencana perjalanan yang sudah dibuat untuk digunakan kembali sewaktu – waktu.

Temukan Informasi yang Berguna tentang Tempat Perjalanan Anda

Selain itu, Anda bisa mengeksplorasi informasi mengenai atraksi wisata, restoran, penginapan, cara pergi ke sebuah tempat, tips-tips dalam Tripisia.

Sebagai traveler, Anda juga bisa menambahkan informasi, membuat rekomendasi itinerary perjalanan atau meriview sebuah tempat dan atau aktivitas dalam Tripisia, sehingga pengalaman Anda menjadi referensi wisatawan lainnya di Tripisia. Bagi Anda pembuat bisnis juga dapat mengklaim bisnis Anda, mengupdate informasi dan mempromosikan bisnis. Keterlibatan ini diperlukan agar keandalan dan kelengkapan informasi bisa tercapai. Dengan begitu, Tripisia diharapkan mampu menjadi salah satu bagian dalam meningkatkan infrastruktur teknologi informasi untuk pariwisata dan mendukung program pemerintah dalam meningkatkan jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara.

Webinar Perkembangan dan Implementasi Teknologi Smart Mobility dalam Mengatasi Masalah Transportasi di Indonesia

SCCIC –  (21/12 2018 ) Semakin banyaknya masalah transportasi, Mahasiswa Pasca Sarjana STEI ITB mengadakan Live Webinar dengan topik The Revolution of Transportation with Smart Mobility Solution pada Jumat (21/12) di Smart City Living Lab ITB.

Pada webinar ini, membahas mengenai Perkembangan dan implementasi teknologi Smart Mobility dalam mengatasi masalah transportasi di Indonesia.

Pembicara yang hadir dan mengisi webinar tersebut diantaranya Guru Besar ITB / Komisaris PT. KAI, Prof. Suhono Harso Supangkat, Konsultan Smart City / Dosen ITB Dr. Fadhil Hidayat, dan inovasi Garuda Bike oleh Taufiqurrahman Akmal.

Webinar ini dimulai Pukul 9 pagi dan selesai pada pukul 11 siang.

Suhono menjelaskan bahwa digital transformation dalam Smart Mobility dapat terjadi jika infrastruktur data dan informasi dikembangkan dengan baik.

“Pengembangan infrastruktur data dan informasi ini yang disebut sebagai digitalisasi” ujar Suhono.

Dalam kesempatan yang sama, Konsultan Smart City sekaligus Dosen ITB, Dr. Fadhil Hidayat, menjelaskan ciri-ciri smart mobility diantaranya ialah murah, cepat, dan aman, jelasnya dalam webinar tersebut.

Selain itu, salah satu inovasi Smart City Living Lab ITB, GarudaBike pun memberikan penjelasan solusi dari platform smart mobility yang dikembangkan untuk mendorong sistem IoT sepeda pintar dan dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi penggunanya.

Materi pembicara webinar The Revolution of Transportation with Smart Mobility Solution bisa diunduh di sini.

Membangun Kota Cerdas lewat Kolaborasi Pemerintah, Swasta, dan Warga

SCCIS – (11/10) Permasalahan pelik perkotaan, yang menjadi titik temu dan berkumpulnya orang banyak, akan terus bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk. Kolaborasi pemerintah, swasta, komunitas, dan masyarakat menjadi kunci terciptanya tata kelola yang baik.

Hal itu menjadi topik dalam Smart Indonesia Initiatives Forum (SIIF) dan International Conference on ICT for Smart Society (ICISS) 2018 di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (11/10/2018). Acara yang dimulai sejak Rabu itu buah kerja sama Institut Tekonologi Bandung dan Pemkot Semarang.

Peneliti Smart City & Community Innovation Center (SCCIC) ITB, Hendra Sandhi Firmansyah, Kamis, mengatakan, dalam pembangunan kota, inovasi perlu dilakukan. Namun, kerap kali kota terbentur hambatan ketersediaan infrastruktur, yang juga berkaitan dengan pendanaan.

Menurut Hendra, inovasi sebenarnya terus bermunculan seiring inisiatif kota dalam membangun daerahnya. “Namun, kerap kali ada kendala modal. Lalu bagaimana mengatasinya? Kolaborasi. Pendanaan dapat melalui CSR, yang juga didukung keterlibatan peneliti dan akademisi,” ujarnya.

Berikutnya, lanjut Hendra, yang perlu disiapkan ialah sumber daya manusia (SDM) serta kesiapan masyarakat menerima teknologi informasi (TI). Menurutnya, dari survei di beberapa kota, ketersediaan tenaga TI dalam mendukung inovasi hanya berkisar 30-40 persen dari kebutuhan.

Terkait penerapan teknologi di tengah masyarakat, setiap kota memiliki karakteristik sendiri-sendiri sehingga kebutuhannya berbeda. “Namun, bisa dilakukan pengenalan teknologi secara persuasif kepada masyarakat. Juga diikuti perubahan pola pikir dari masyarakatnya,” kata Hendra.

Hendra mengatakan, forum yang telah memasuki tahun ke-4 ini digelar di Kota Semarang, yang selama ini dinilai gencar menginisiasi smart city. Dari pertemuan yang juga menghadirkan sejumlah ahli dari mancanegara itu, akan lahir rekomendasi dari masalah-masalah yang mengemuka.

Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, yang juga ketua panitia, Baskara Nugraha, menuturkan, seiring urbanisasi, masalah yang tumbuh di satu kota akan lebih cepat dibandingkan upaya mengatasinya. Ini termasuk masalah lingkungan, sosial, dan kriminalitas di dalamnya.

Dengan cara lama, yang sepenuhnya bergantung pada pemerintah, permasalahan akan semakin kompleks. “Karena itu, dalam pertemuan ini kami bertukar pikiran bagaimana caranya agar masalah tertangani dengan cepat. Salah satunya, cari inovasi-inovasi yang non konvensional,” ujar Baskara.

Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, Suhono Harso Supangkat, mengatakan, dalam konsep Smart City Living Lab, kolaborasi para pemangku kepentingan penting. “Karakteristik Society 5.0 antara lain Co Society, Colaboration, Co Creation, dan Co Working space,” kata Suhono.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, menuturkan, setiap wilayah memiliki kebudayaan dan kearifan lokal yang berbeda. Sehingga, pengalaman satu kota tidak serta merta langsung bisa diadaptasi oleh kota lainnya. Namun, bisa saling belajar satu sama lain.

“Kami terus memberi pemahaman tentang pentingnya kolaborasi. Beberapa waktu lalu, Kota Semarang bekerja sama dalam hal pengembang Smart City dengan Kabupaten Batang, Rembang, Klaten, dan Kota Banjarmasin. Ini yang disebut konsep membangun bersama,” kata Hendrar.

Hendrar menambahkan, konsep smart city harus cepat dan memberi kepastian waktu, baik dalam pelaporan maupun pelayanan perizinan. Sejumlah fasilitas di Pemkot Semarang antara lain sistem pelaporan daring, perizinan daring, dan sistem pengawasan terintegrasi di “Situation Room”./Kompas.id

Sambutan Walikota Semarang pada Forum Indonesia Cerdas Ke 4 Tahun 2018

Mewakili seluruh masyarakat Kota Semarang, saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas yang telah menunjuk Kota Semarang sebagai tuan rumah Forum Prakarsa Indonesia Cerdas Ke-4.

Tentu saja besar harapan saya jika kegiatan Forum Prakarsa Indonesia Cerdas ke-4 yang akan diselenggarakan di Kota Semarang, pada tanggal 10-12 Oktober 2018 ini dapat memberikan manfaat yang sangat besar dalam pengembangan Indonesia menjadi lebih baik dan lebih hebat, termasuk Kota Semarang.

Terlebih tema kegiatan kali ini yaitu “Inovasi Menuju Kota Cerdas dan Masyarakat (Society) 5.0” sesuai dengan konsep pembangunan Kota Semarang yang mengusung semangat Bergerak Bersama. Secara lebih luas keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan kota cerdas juga sesuai untuk merepresentasikan budaya gotong royong yang menjadi kekhasan masyarakat Indonesia.

Maka mengingat itu semua, forum ini menjadi sangat penting sebagai tempat berdiskusi agar teknologi dapat benar-benar menjadi instrument bersama masyarakat dalam mencapai sebuah tujuan positif, entah itu dalam ruang lingkup Negara secara luas, Provinsi, Kota, Kabupaten, hingga komunitas-komunitas masyarakat.

Optimisme saya atas dampak positif yang bisa didapatakn daru forum ini didasari oleh konsistensi dalam penyelenggaraannya. Sejak digulirkan 4 tahun lalu, Forum Indonesia Cerdas telah menginspirasi seluruh pihak untuk dapat menginisiasi sebuah Smart Society dalam berbagai tingkatan. Hal tersebut pula kemudian juga menjadi pendorong terjadi pertumbuhan ekonomi dari pengembangan potensi-potensi yang sebelumnya belum secara maksimal tergarap.

Selain itu, kegiatan ini menjadi penting juga karena akan diadakan forum Konferensi Internasional ICT for Smart Society dengan mengundang berbagai penggiat ASEAN Smart City, serta berbagai perwakilan berbagai negara lainnya.

Untuk itu saya mewakili seluruh masyarakat Kota Semarang dan penyelenggara mengundang rekan-rekan Pemerintah, Swasta, Perguruan Tinggi, dan Komunitas lainnya untuk hadir dalam kegiatan ini.

Wali Kota Semarang,

 

 

Hendrar Prihadi, SE.MM.

Goesmart 2018 Ajang Wujudkan Indonesia Cerdas

Perhelatan besar forum Indonesia cerdas tahun 2018 yang digelar e-Indonesia Initiatives Forum (EII) dan Forum Smart Indonesia Initiative (SII) bertema Goesmart 2018 merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan komunitas, masyarakat, desa, kota/kabupaten, provinsi, dan Indonesia yang cerdas.

Agenda yang akan ada pada Goesmart 2018 di Semarang ini yakni sejumlah seminar nasional seperti SIIF seminar internasional, ICISS 2018, forum APIC, C-Gen Festival dan Smart City Tour Semarang. Seminar ini nanti akan menjadi tempat untuk membahas dan mendiskusikan segala bentuk masalah yang ada serta kemampuan sebuah kota dan juga memberikan saran agar dapat terwujud sebuah kota yang aman, nyaman dan berkelanjutan.

Forum Prakarsa e-Indonesia atau e-Indonesia Initiatives Forum telah berlangsung selama 10 kali sejak tahun 2005. Dalam setiap acara forum, rata-rata pengunjung yang hadir melebihi 1000 peserta, baik dari kalangan akademisi, industri hingga pemerintahan.

Sekumpulan rekomendasi dan aksi telah berjalan berhasil dijalankan dengan baik. Mulai dari urgensi pentingnya pembangunan Infrastruktur TIK, pengembangan sumber daya manusia, tatakelola hingga generasi muda pengguna TIK Rekomendasi e-II ke 11 tahun 2015 memberikan amanah agar pemangku kepentingan Indonesia rekomendasi eii 11 tahun 2015 memberikan amanah agar para pemangku kepentingan di indonesia lebih berinovasi dalam berbagai sektor untuk membangun Indonesia melalui inovasi TIK dan Non-TIK, mewujudkan tatakelola pada skala lokal dan nasional, melakukan kolaborasi dalam mebangun kebijakan dan regulasi untuk mendukung inovasi, melakukan edukasi kepada berbagai stakeholder untuk membangun Indonesia, dan pemerataan infrastruktu TIK maupun non-TIK diberbagai pelosok di Indonesia.

Rekomendasi ini juga sangat relevan dengan amanah pembukaan UUD 45 yang mengarahkan bahwa salah satu tujuan pembangunan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk melaksanakan itu, mulai tahun 2015 telah disiapkan pembentukan Prakarsa Indonesia Cerdas yang dalam kelanjutannya dikembangkan untuk Kota Cerdas dan Komunitas Cerdas. Selanjutanya ITB telah mengusulkan suatu model awal Kota Cerdas Indonesia (Garuda Smart City Model). seperti gambar di bawah ini.

 

Garuda Smart City Model (GSCM) adalah sebuah konsep atau metode awal yang dikembangkan untuk mengukur tingkat kematangan pengembangan smart city dengan target penentuan kondisi existing, pengembangan rekomendasi, roadmap dan pemeringkatan. Sacara umum GSCM memiliki 3 karakterisitk (ekonomi, sosial, dan lingkungan), 3 enabler (teknologi, tatakelola, dan people), 12 faktor (pusat ekonomi, industri, pendidikan, sumberdaya alam, keamanan dan bencana, kesehatan, transportasi, pelayanan publik, sosial digital, energi, lingkungan, dan tataruang) dan 111 indikator dengan hasil pengukuran terdiri dari 5 level, yaitu ad hoc, initiative, scattered, integrative, smart. Level ini memperlihatkan sejauh mana inisiasi atau implementasi smart city diterapkan oleh kota. Level ini menunjukan kondisi eksisting kota dalam menerapkan konsep smart city.

Goesmart 2018

[youtube v=”P7UeDtk4eMk”]

Slebor Pit 2018 Dukung Sleman Smart Tourism dan Smart Regency

SCCIC, (03/05) – Dukung Sleman Smart Tourism and Sleman Smart Regency. Pemerintah Kabupaten Sleman gelar Sepeda Santai dalam hari jadi Sleman ke-102. Sleman terus melakukan inovasi dalam mempromosikan segala potensi wisata yang ada di Kabupaten Sleman, salah satunya melalui Event Slebor Pit 2018.

“dalam rangka menyemarakkan Hari Ulang Tahun ke-102 Kabupaten Sleman memantapkan Sleman sebagai salah satu destinasi wisata baru terkemuka di Daerah Istimewa Yogyakarta, bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Sleman di dukung oleh Tripisia dan Cgen” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Dra H Sudarningsih.

Kepala BPPS (Badan Promosi Pariwisata Sleman), Guntur Eka Prasetya dalam sambutannya menjelaskan bahwa Sleman memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah dibandingkan dengan kabupaten atau kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. “Banyak wisata yang tak kalah bagus yang tersebar dari sisi utara dan selatan, serta sisi timur dan barat wilayahnya. Potensi Pariwisata ini merupakan untuk memperkenalkan dan mencoba memviralkan destinasi wisata baru yang ada” katanya.

Guntur menambahkan Obyek wisata di suatu wilayah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, jika dikelola dengan baik. Apabila kegiatan pariwisata ini bisa berjalan, maka akan berimbas juga pada kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pengelolaan destinasi wisata salah satunya ditentukan oleh sosialisasi, di antaranya melalui SLEBOR-PIT/Sepeda Santai ini tujuannya agar nanti hasil kegiatan ini  bisa diupload, sehingga bisa diketahui masyarakat luas.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Dra H Sudarningsih, MSi menegaskan bahwa SLEBOR-PIT dengan tema Sehat-Fun-Edukatif adalah upaya untuk lebih mengenalkan Potensi wisata baru  yang ada di Kabupaten Sleman kepada masyarakat luas dan peserta Gowes bareng slebor pit, untuk lebih menjadikan Sleman sebagai salah satu destinasi wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui pengembangan wisata ini, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sleman yang merupakan salah satu destinasi pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman Drs. Agung Armawanta, MT. mengungkapkan obyek wisata bisa menjadi lahan pekerjaan bagi warga di sekitarnya.berharap para pemuda dan masyarakat terus menumbuhkan kreativitasnya untuk memberdayakan potensi obyek wisata yang ada di wilayahnya.

“Sebenarnya itu bisa jadi lapangan pekerjaan juga ya. Saya harap para pemuda bisa terus berkreasi lagi” kata Agung.

Dalam event ini, pengunjung dapat menikmati beberapa Obyek wisata baru seperti Waroeng Pitoelas Berbah Sleman, Pabrik Mbako Kalasan, Ikan Koi Center Santoso,Embung Tegal Tirto dan Sanggar Seni Kali Opak Jebresan serta sekaligus memperkenalkan obyek wisata baru Liitle Amazon. Selain itu, terdapat beberapa acara pendukung seperti kuliner masyarakat penduduk lokal,Lomba Fotografi, serta panggung hiburan Organ Tunggal dengan menampilkan para penari dari sanggar tari,di hibur Artis Lokal di iringi dengan Musik Gamelan khas Sleman Yogyakarta.

Ada 6 destinasi wisata yang dikunjungi dalam kegiatan Slebor Pit tersebut, dengan meeting point di Obyek Wisata Sanggar Seni Kali Opak Jebresan dan Pengenalan Obyek Wisata buatan Little Amazon

Pertama di Garis Start Waroeng Pitoelas Berbah Sleman, peserta diajak menikmati Pemandangan Sawah. Di sana peserta disuguhi pemandangan persawahan dan perkampungan penduduk, kedua, peserta berpindah ke Pabrik Mbako Salah satu Pabrik Tembakau di jadikan sebagai tempat penyimpanan hasil tembakau buat di distribusikan lagi ke Pabrik Tembakau di Surabaya. Post 3 Para Peserta Slebor Pit di ajak menlihat dan mengunjungi Ikan Koi Center Santoso Sleman salah satu Pembibitan Ikan Koi yang ada di Kabupaten Sleman dari mulai pembibitan anakan Ikan Koi sampai pembibitan sudah dewasa kemudian di Ekspor ke Luar Negeri juga Ikan Koi Center Santoso Sleman salah satu Pembibitan Ikan Koi yang ada di Kabupaten Sleman, Post  4;Peserta Slebor Pit di ajak mengelilingi Pemandangan Alam dan Lanskap yang sangat eksotis dengan melihat panorama Hutan yang masih alami dengan tujuan selanjutya menuju Embung Tegal Tirto salah satu Obyek Wisata buatan di lengkapi dengan permainan air sebagai daya tarik wisata sehingga para wisatawan dapat menikmati embung tegal tirto ini dengan begitu menyenangkan, dan Post 4.Embung Tegal Tirto. Post 5;Peserta slebor Pit selanjutnya di Garish Finish Padepokan Seni Jabresann kali opak merupakn sanggar seni tari buat belajar dan latihan seni budaya agar terus melestarikan kesenian daerah yang ada di kabupaten sleman, juga Post 5:Garis Finish Padepokan Seni Jabresan Kali Opak.

Sambil menikmati Garis Finish Padepokan Seni Jabresan Kali Opak para peserta Slebor Pit yang berjumlah 220 orang di ajak menikmati pemandangan Little Amazon obyek wisata baru yang ada di Berbah Sleman dengan memanfaatkan wisata buatan.

Peneliti Smart City: 7 Kesalahan Kota yang Sering Dilakukan

SCCIC.ID, (16/03) – Dalam acara halfday workshop hasil Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 yang kembali dilakukan oleh Living Lab Smart City and Community Innovation Center ITB, Peneliti Smart City ITB, Ryan A. Nugraha menjelaskan bahwa ada beberapa kesalahan kota yang sering dilakukan kota. Hal tersebut disampaikan oleh Ryan dalam paparannya kepada perwakilan dari Kota Makassar dan Kota Manado, di SCCIC Living Lab ITB pada kamis, (15/03). “Dalam membangun smart city, ada tujuh kesalahan umum yang sering dilakukan kota”, ujar Ryan dalam pembahasannya di SCCIC Living Lab.

Hadir dalam pembahasan tersebut, yakni Kepala Diskominfo Kota Makassar, Ismail Hajiali, Kepala Seksi Aplikasi Diskominfo Makassar Jusman, Kasi Aplikasi dan Telematika Muhammad Hamzah, dan Kabid Aptika Diskominfo Kota Manado.

Kesalahan kota yang sering dilakukan tersebut ialah:

  1. Tidak memulai dari basic value, malah fokus ke additional value.
  2. Tidak memulai dengan yang harus diperbaiki.
  3. Tidak menerapkan manajemen (terutama keberlanjutan).
  4. Tidak mempersiapkan inisiatif secara serius dan didukung enabler yang holistic.
  5. Tidak mengeliminasi inisiatif kontra produktif.
  6. Tidak mengajak partisipasi public secara efektif.
  7. Tidak mulai dari yang kecil (scope terbatas).

Rating Kota Cerdas Indonesia tahun 2017 (RKCI 2017) mengukur 93 kota (kecuali kota administratif Jakarta) di Indonesia, dengan klasifikasi kota besar yaitu kota dengan penduduk di atas 1 juta jiwa sebanyak 14 kota; kota sedang yaitu kota dengan penduduk diantara 200 ribu hingga 1 juta jiwa sebanyak 43 kota dan kota kecil yaitu kota dengan penduduk di bawah 200 ribu jiwa sebanyak 36 kota.

Tahap seleksi terdiri dari evaluasi mandiri dimana kota diminta untuk mengisi kuesioner secara online; penilaian hasil evaluasi mandiri; validasi dan kunjungan langsung ke kota-kota finalis; pemetaan kota berdasarkan potensi masing-masing dan pengumuman hasil pemetaan kota.

Pemetaan dilakukan dengan menilai proses pengelolaan kota dari sisi utilisasi sumber daya, manajemen, integrasi dan keberlanjutan, e-government, strategi dan rencana serta menilai kualitas hidup dari sisi pelayanan, indeks kualitas hidup dan indeks lainnya, persepsi masyarakat dan penilaian terhadap inovasi kota.

Menurut Yuti Ariani, peneliti smart city lainnya, dari rata-rata 31 kota yang dikunjungi oleh tim Surveyor RKCI 2017, kriteria rating kesehatan cerdas memiliki nilai tertinggi dibandingkan kriteria rating lainnya. Sedangkan kriteria rating Pengembangan dan Pengelolaan Kota, Kesiapan Integrasi dan Ekosistem Teknologi Finansial merupakan kategori dengan nilai terendah.

ITB Bahas Hasil RKCI 2017 Kota Makassar dan Manado

SCCIC.ID, (15/03) – Living Lab Smart City and Community Innovation Center ITB kembali lakukan penjelasan hasil Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 (RKCI 2017), Kepada Diskominfo Kota Makassar dan Kota Manado, di Living Lab Smart City SCCIC ITB pada Kamis (15/03).

Hadir dalam pembahsan tersebut, yakni Kepala Diskominfo Kota Makassar, Ismail Hajiali, Kepala Seksi Aplikasi Diskominfo Makassar Jusman, Kasi Aplikasi dan Telematika Muhammad Hamzah, dan Kabid Aptika Diskominfo Kota Manado.

Kehadiran tersebut disambut oleh Ketua Smart City Indonesia, Prof. Suhono Harso Supangkat dan beberapa peneliti Smart City ITB, Dr. Ir. Arry Akhmad Arman, Yuti Ariani, dan Ryan Adithya Nugraha.

Dalam pembahasan hasil RKCI 2017 Kota Makassar, Kepala Diskominfo Kota Makassar, Ismail Hajiali mengatakan bahwa pembahasan hasil RKCI 2017 tersebut sangat menambah wawasan.

“bahwa di daerah, membangun kota cerdas bukan lagi berbicara mengenai teknologi dan informasi semata, tapi memang bagaimana membangun kualitas hidup masyarakatnya” kata Ismail dalam wawancara kami usai acara penjelasan hasil RKCI 2017.

Menurut Ismail, meski Makassar sudah memulai konsep smart city, seperti adanya living lab, war room, lorong garden yang cerdas, cctv, dan integrasi layanan lainnya, ITB dalam hal ini bisa memberikan guidance dalam melaksanakan konsep smart city.

Selain membahas hasil RKCI 2017, peneliti SCCIC Living lab ITB juga mengenalkan mengenai ISSP, yaitu Integrated Smart System Platform, inovasi Smart Identity (sidas.id), indismart dan Tripisia (tripisia.com) yaitu trip planner Indonesia.

Mengenai inovasi Living Lab SCCIC tersebut, Ismail berpendapat bahwa inti dari layanan tersebut bisa menambah kualitas dan layanan hidup masyarakat menjadli lebih baik, dan langsung bisa dirasakan.

“Memang, sama Smart city bukan hanya mempunyai teknologi dan command center, bahwa inovasi kota cerdas bisa membangun kota sesuai kebutuhan” katanya.

Ismail berharap dengan adanya RKCI yang dilakukan ITB, akan bisa memotivasi atau mendorong daerah dalam membangun indikator kota cerdas.

Pada Awarding RKCI 2017, Tiga kategori penghargaan berhasil di menangkan kota Makassar yakni Rating Digital Government Readiness, Rating Kesiapan Integritas (Integration Readiness), serta Rating Pengembangan dan Pengelolaan Kota (smarter way).

Sedangkan, Kota Manado selain itu, setelah menerima penghargaan utama sebagai Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 kategori Kota Sedang yang diserahkan secara langsung Wakil Presiden RI dan diterima Wakil Walikota Manado Mor D,  Bastiaan mewakili Walikota Manado di Istana Wakil Presiden pada Senin, 11 Desember 2017, masih dalam rangkaian Rating Kota Cerdas Indonesia yakni acara Talkshow Samrt City yang dilaksanakan di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan Jakarta Pusat,  Kota Manado menerima 10 penghargaan kategori penilaian kota cerdas dari 13 kategori yang dinilai selaku Kota yang menuju cerdas (smart city).

 

SCCIC ITB Bahas Hasil RKCI 2017 Kota Bontang

 

SCCIC.ID – (09/03) Living Lab Smart City and Community Innovation Center ITB kembali lakukan penjelasan hasil Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 (RKCI 2017), Kepada Diskominfotik Kota Bontang, di Living Lab Smart City SCCIC ITB pada Selasa (08/03).

Pembahasan yang berlangsung dua jam itu membahas tentang Garuda Smart City Framework, Hasil Rating Kota Cerdas 2017 Kota Bontang, dan berbagai Inovasi smart city SCCIC oleh Peneliti smart city Ryan Adithya Nugraha dan Tim Livinglab SCCIC.

Hadir dalam pembahasan tersebut yakni, Kepala Kepala Seksi Aplikasi dan Teknologi Informasi Diskominfotik Kota Bontang Wahyu Hermawan, S.Si, MT, Kabid Pengembangan TIK, Taufiqurrakhman, SH, M.Si, selain itu ada perwakilan dari Bapelitbang, dan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bontang.

Menurut Peneliti smart city Ryan Adithya Nugraha pembahasan Rating Kota Cerdas tersebut sangat penting untuk melihat potensi kota ke depan agar kota bisa lebih baik.

“Sebagai bahan evaluasi, Bontang tahu kelemahan dan kelebihannya di mana, yang masih kurang bisa diperbaiki dan yang sudah bagusnya lebih ditingkatkan lagi”. Kata Ryan dalam presentasinya.