ITB dan University of Technology Sydney Buat Kolaborasi Kembangkan Smart City

SCCIC – Jumat (2/2), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan University of Technologi Sydney (UTS) bekerja sama dalam mengembangkan smart city (kota cerdas). Ide kota cerdas ini akan diterapkan di Indonesia dalam waktu dekat.

Father of Smart City Indonesia, yang juga peneliti dari Smart City and Community Innovation Center (SCCIC) ITB, Suhono Harso Supangkat menjelaskan bahwa kolaborasi ini untuk mencari persoalan kota yang menjadi masalah bagi masyarakat. “Kami berusaha memecahkan masalah urban area tersebut terlebih dahulu dan mencari pola smart city yang tepat,” kata Suhono dalam presentasinya.

Kerja sama ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull di Sydney, Australia, tahun lalu. Pembicaraan tersebut mengulas seputar meningkatkan kerja sama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.

Kerjasama akan dimulai membahas dan mengembangkan smart city Jakarta. Sebab, permasalahan Jakarta sudah jelas. Jakarta meluncurkan aplikasi Jakarta Smart City sejak tiga tahun lalu. Namun, menurut Suhono, kota cerdas bukan sekadar teknologi, melainkan pemahaman masyarakat. “Itu menjadi hal yang harus diperbaiki, dari sisi partisipasi. Kepentingan-kepentingan politik yang berdampak tidak baik juga harus dinetralkan,” kata dia.

Suhono mengatakan, smart city bukan hanya persoalan teknologi dan infrastruktur, tapi sumber daya manusia juga perlu disiapkan untuk menghadapi perkembangan tersebut. “Jika manusia tidak siap dalam melakukan pembangunan, maka smart city tidak akan tercapai,” ujarnya.

Dia menyebutkan beberapa kendala smart city di Indonesia. “Tidak hanya masalah teknologi, tapi masalah-masalah kultural masyarakat,” kata dia. “Kemudian masalah penerimaan masyarakat terhadap smartcity,.”

Anthony Burke, Dekan Kerja sama Internasional dan Eksternal untuk UTS School of Architechture mengatakan, kolaborasi ini akan memberikan keuntungan bagi banyak orang. “Kami melihat banyak bidang untuk kepentingan bersama yang akan menguntungkan banyak orang bagi kedua negara, bahkan diseluruh wilayah Asia Pasifik. Kami sangat antusias dengan kesempatan untuk mencari solusi perancangan smart city yang baik,” ujar Burke./Tempo.co

SCCIC ITB Bahas Hasil RKCI 2017 Kota Semarang

SCCIC.ID – 20/02, Living Lab Smart City and Community Innovation Center ITB kembali lakukan penjelasan hasil Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 (RKCI 2017), Kepada Kepala Bidang E-Government Kota Semarang, di Living Lab Smart City SCCIC ITB pada Selasa (20/02).

Pembahasan yang berlangsung dua jam itu membahas tentang e-government, Hasil Rating Kota Cerdas 2017 Kota Semarang, dan berbagai Inovasi smart city SCCIC oleh Peneliti smart city, Dr. Ir. Arry Akhmad Arman, Yuti Ariani, dan Ryan Adithya Nugraha dan Tim Livinglab SCCIC.

Hadir dalam pembahasan tersebut yakni, Kepala Bidang E-Government Kota Semarang Arif Budiman, dan Kabid Layanan E-Government Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persediaan Kota Semarang, Taufik Hidayat.

Kabid Layanan E-Government Kota Semarang, Taufik Hidayat mengatakan bahwa, pembahasan Rating Kota Cerdas tersebut sangat penting untuk melihat potensi kota ke depan agar kota bisa lebih baik.

“Sebagai bahan introfeksi, semarang tahu kelemahan dan kelebihannya di mana, yang masih kurang bisa diperbaiki dan yang sudah bagusnya lebih ditingkatkan lagi”. Kata Taufik saat diwawancara setelah pembahasan RKCI 2017 Kota semarang di Living Lab SCCIC ITB.

Taufik menambahkan bahwa Kominfo Kota Semarang mendukung inovasi penelitian smart city tersebut.

“Hal ini bisa berkolaborasi, dan bagaimana meningkatkan pelayanan untuk masyarakat. Hal seperti ini (red RKCI) sangat baik, dari Kominfo sangat mendukung untuk kota lebih baik atau jadi kota cerdas”. Pungkasnya.

Menggerakan Masyarakat dalam Keterlibatan Membangun Smart City

SCCIC.ID, (21/02) – University of Technology Sydney dan Institut Teknologi Bandung berkolaborasi bersama untuk mengembangkan kota cerdas. Prasyarat utama dari terwujudnya kota cerdas adalah munculnya keterlibatan masyarakat dan seluruh komponen untuk bersama-sama membangun kota.

Perserikatan Bangsa-Bangsa memprediksi pada 2030 dunia akan memiliki 41 megakota dengan 10 juta penduduk atau lebih. Karena itu, diperlukan gerakan bersama untuk membangun kota cerdas yang bisa memenuhi kebutuhan warganya dengan layak.

“Kota cerdas terdiri atas tiga tahapan. Pertama, kota cerdas 1,0 yang melihat teknologi sebagai solusi. Kedua, kota cerdas 2,0 yang melihat kepala daerah mereka sebagai sosok panutan utama. Ketiga, kota cerdas 3,0 yang mampu menggerakkan masyarakat untuk mau terlibat dalam membangun kota. Jadi, pengembangan kota cerdas bukan sekedar membangun teknologi, melainkan bagaimana seluruh komponen mau mendukung dan terlibat,” kata Ketua Smart Indonesia Initiatives ITB Suhono Harso Supangkat, Rabu (31/1), di Jakarta.

Kerja sama antara UTS dan ITB sudah berlangsung sejak tahun lalu saat kedua lembaga menggelar seminar dan workshop “Role of Smart Citizenship in Smart Cities: Lessons Learned” di Jakarta. Melalui kerja sama ini, UTS dan ITB akan mengembangkan sebuah kerangka kerja untuk membantu kota-kota di Indonesia, Australia, dan Asia Pasifik dalam menciptakan solusi kota cerdas.

Menurut Dekan Kerja Sama Internasional dan Eksternal UTS Anthony Burke, selama ini pengembangan kota-kota di dunia cenderung berkiblat ke belahan dunia sebelah utara, seperti di Eropa dan sekitarnya, namun, untuk bisa mewujudkan kota cerdas, mestinya dibutuhkan riset yang mendalam di setiap kawasan mengingat setiap kota memiliki ciri dan kekhasan tersendiri.

Proyek pengembangan kota cerdas menekankan dua tujuan, yaitu tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

“Siapakah itu yang disebut orang bahagia? Apakah orang kaya? Menurut riset, orang bahagia adalah mereka yang hidup nyaman, merasakan kepuasan dan kepenuhan hidup, serta mampu menyikapi stres sebagai tantangan, bukan masalah,” ujar Guru Besar Kesehatan Mental Fakultas Kesehatan UTS Prasuna Reddy.

Selain dengan ITB, UTS melalui lembaganya, UTS insearch, juga bekerja sama dengan Universitas Brawijaya, Malang, dalam pengajaran bahasa Inggris akademik bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang akan studi ke Australia.

Tahun 2017, UTS Insearch menawarkan beasiswa sebesar 300.000 dollar Australia kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia./Apic.city

Hasil Rating Kota Cerdas Indonesia 2017

SCCIC.ID – (11/12) Ketahui efisiensi dan efektivitas perencanaan kota dengan cara yang cerdas di Indonesia, diperlukan evaluasi yang komprehensif dan menyeluruh. Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan pemetaan sehingga tiap kota mampu memahami kotanya sehingga bisa transformasi menuju Kota Cerdas.

Penganugerahan Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 adalah sebagai penutup dari rangkaian kegiatan Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 yang berlangsung dari bulan Mei 2017.

Penganugerahan RKCI 2017 adalah pemberian penghargaan berdasarkan indeks Rating Kota Cerdas Indonesia kepada kota-kota yang sesuai dengan hasil pelaksanaan kajian. Selain itu, untuk mengenalkan pemahaman mengenai Kota Cerdas, diadakan Talkshow Smart City dengan narasumber para stakeholder terkait, antara lain dari kementerian, Walikota, akademisi, dan industri.

Pemetaan ini dilakukan dengan menilai kondisi kota berdasarkan elemen kualitas hidup (ekonomi, sosial, lingkungan) dan elemen pemungkin (tata kelola, infrastruktur dan teknologi, masyarakat). Pemetaan ini dilakukan melalui evaluasi mandiri oleh pemerintah kota dan kunjungan langsung ke pemerintah kota dan survei masyarakat (n=400) di beberapa kota terpilih. Kegiatan pemetaan ini merupakan kegiatan 2 tahunan dan dimulai pertama kali pada tahun 2015.

RKCI 2017 mengukur 93 kota (kecuali kota administratif Jakarta) di Indonesia, dengan klasifikasi kota besar yaitu kota dengan penduduk di atas 1 juta jiwa sebanyak 14 kota; kota sedang yaitu kota dengan penduduk diantara 200 ribu hingga 1 juta jiwa sebanyak 43 kota dan kota kecil yaitu kota dengan penduduk di bawah 200 ribu jiwa sebanyak 36 kota. Tahap seleksi terdiri dari evaluasi mandiri dimana kota diminta untuk mengisi kuesioner secara online; penilaian hasil evaluasi mandiri; validasi dan kunjungan langsung ke kota-kota finalis; pemetaan kota berdasarkan potensi masing-masing dan pengumuman hasil pemetaan kota. Pemetaan dilakukan dengan menilai proses pengelolaan kota dari sisi utilisasi sumber daya, manajemen, integrasi dan keberlanjutan, e-government, strategi dan rencana serta menilai kualitas hidup dari sisi pelayanan, indeks kualitas hidup dan indeks lainnya, persepsi masyarakat dan penilaian terhadap inovasi kota.

Dari beragam indikator tersebut, kami memetakan kota terbaik berdasarkan ukuran besar, sedang dan kecil; berdasar klasifikasi bidang ekonomi, sosial dan lingkungan serta kategori-kategori lainnya. Beragam klasifikasi ini memungkinkan kota-kota untuk mengetahui kondisi kota dan berkembang sesuai dengan potensi kotanya masing-masing.

Dalam mengetahui efisiensi dan efektivitas kota dengan cara cerdas, ITB didukung oleh APEKSI dan BRI serta Indosat. Penganugerahan Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 pada 11 Desember 2017 di Istana Wakil Presiden, Jakarta dan Gedung Dhanapala, Jakarta.

Penganugerahan RKCI 2017 ini dihadiri peserta yang diundang pada Talkshow dan Awarding Event Rating Kota Cerdas Indonesia, terdiri dari Kementerian terkait pengembangan Smart City, pemerintah Kota dari seluruh Indonesia, dosen dan akademisi terkait pengembangan Smart City, dan para stakeholder dan industri terkait pembangunan Smart City.

Dalam RKCI 2017 tersebut Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla memberikan penghargaan kepada 15 kota terbaik yang masuk dalam kategori utama Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) 2017, yaitu Rating Kota Menuju Cerdas (Smart City).

Ke-15 Kota yang mendapat penghargaan yaitu Kota Besar: Surabaya, Bandung, Semarang, Bekasi, Tangerang Selatan; Kota Sedang: Denpasar, Binjai, Manado, Yogyakarta, Kediri; Kota Kecil: Magelang, Sawahlunto, Bontang, Tual, dan Bukittinggi.

TRIPISIA Dapat Bantu Pertmbuhan Ekonomi Negara

SCCIC.ID (27/11) – Trip Planner Indonesia atau Tripisia yang dibuat peneliti Smart City Community and Innovation Center (SCCIC) ITB dapat membantu pertembuhan ekonomi negara.

Pariwisata merupakan sebuah sektor utama yang membantu pertumbuhan ekonomi sebuah negara.

“Pada tahun 2016, peningkatan pendapatan dari sektor pariwisata adalah sebesar 5,8% yang merupakan peningkatan paling cepat dibandingkan sektor lainnya”. Kata pembuat Tripisia, Sri Ratna Wulan di kantor SCCIC ITB.

Menurutnya, hal ini dikarenakan semakin banyaknya orang-orang yang mampu bepergian atau berwisata.
“Banyak orang pun melihat potensi ini dan mengembangkan produk dan layanan teknologi yang berkaitan dengan pariwisata seperti website berisi informasi mengenai destinasi pariwisata, layanan pemesanan penginapan dan penerbangan secara online, promosi tour dan travel, rental motor dan mobil, dan lain sebagainya”, jelasnya.

Tren menulis mengenai traveling pun meningkat akhir-akhir ini. Beberapa kota di Indonesia pun tidak melewatkan kesempatan ini dan membuat mobile aplikasi untuk daerah mereka sendiri.

Tripisia adalah sebuah aplikasi yang bertujuan untuk membantu wisatawan dalam merencanakan itinerari liburannya dengan memberikan rekomendasi itinerari otomatis berdasarkan preferensi dan budget yang dimiliki. Mengintegrasikan data destinasi pariwisata Anda dapat mengunjungi situs Tripisia.com atau mengunduhnya di Play Store.

ISSP sebagai Tulang Punggung Smart City

SCCIC.ID, (17/11) – Di era dgitalisasi seperti sekarang ini, siapa yang bisa menguasai aliran data ialah yang bisa lebih maju. Oleh sebab itu Tim Smart City Community Innovation Center (SCCIC) Institut Teknologi Bandung (ITB) menghadirkan ISSP (Integrated Smart System Platform).

ISSP adalah sebuah sistem terintegrasi dan terkoordinasi yang menggabungkan tiga aspek pemenuhan sebuah platform yaitu People, Process dan Technology. Platform ini juga mengintegrasikan 3 indikator utama dalam implementasi Smart City, yaitu aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan.

Integrated Smart System Platform ialah suatu wadah untuk bisa open information atau informasi terbuka bagi siapa pun di seluruh warga kota di Indonesia.
ISSP adalah Smart System yang berbentuk platform tempat pertukaran informasi dan tempat integrasi data-data dari basis data dari Satuan Kerja Prangkat Daerah (SKPD), Pemerintah Kota (Pemkot), atau pun dari luar server seperti aplikasi kepegawaian atau open source lainnya yang disatukan sehingga bisa dianalisis dan dijadikan informasi yang bermanfaat untuk mengambil keputusan.

ISSP membuat satu model dasar yang bisa diimplementasikan di kota-kota, ISSP bisa diterapkan jika kota mempunyai satu produk yang kuat. ISSP ini bisa sangat mudah diduplikasi oleh kota lain, sehingga bisa mengefisienkan waktu dan meningkatkan produktivitas kota.
ISSP ini akan diterapkan di seluruh kota di Indonesia, yaitu di 500 kota kabupaten, dan ISSP akan diterapkan di 98 kota dan kabupaten di Indonesia di lihat dari prioritas dan kesiapan kota terhadap penerapan adanya ISSP.

Pasar smart city atau di sebut kota cerdas adalah pasar yang sangat berkembang dengan persaingan yang banyak dan ketat, yang diharapkan sehingga bisa membawa produk yang tinggi dari anak bangsa.
Penerapan sistem ini sudah diterapkan di kota Bogor, bekasi, semarang dan akan dilaksanakan lagi di kota kota yang sudah siap untuk dilakukan kerjasama.

Penerapan Integrated Smart System Platform ini pun telah dilakukan di kota Bandung, yang telah dikembangkan oleh MBM untuk command center, namun kota Bandung masih membuka inovasi-inovasi untuk layanan lainnya.

ISSP adalah Tulang Punggung Smart City

Menunjang kemajuan kota menuju smart city di Indonesia, smart system platform ini tidak hanya untuk pelayanan dalam kota saja, tetapi juga untuk bisnis, administrasi, manajemen dalam bidang keamanan, sehingga dengan adanya platform ini semua kegiatan bisa ditingkatkan keefektifitasan dan efisiensinya.

Smart System Platform sudah digarap oleh beberapa researcher di SCCIC ITB mulai dari tahun 2012. Secara implementasi, SSP dilakukan pada tahun ini di beberapa kota seperti Kota Bogor seperti Bogor Green Room, Semarang, dan Bekasi.

ISSP akan menyediakan wadah dan saluran bagi seluruh program Smartcity, sehingga bisa diintegrasikan semua layanan yang ada di Smartcity agar bisa dijadikan informasikan dan diolah dari data-data yang sudah ada menjadi bermakna dan multi aspek classroom.  Sehingga ISSP berfungsi untuk memberi dashboard dan tampilan untuk membuat wadah bagi setiap cluster layanan Smartcity tersebut.

Jika Smart System Platform itu berjalan di kota-kota Indonesia, kemudahan yang didapat tidak hanya untuk kota, tetapi juga untuk pemerintah pusat. Sehingga ISSP akan mengintegrasikan semua layanan kota dalam satu bahasa, tampilan, dan dalam satu display secara seragam. Jika sudah dilakukan penyeragaman, maka pemerintah bisa bicara satu sama lain dengan mudah, masyarakat bisa lebih dimengerti masalah transfaransi pemerintahan, dan bisa lebih mudah melakukan pendataan. Sehingga masyarakat dan pemerintah bisa ikut memajukan kotanya. Begitu pun pada level provinsi, dan negara. Oleh sebab itu ISSP mejadi tulang punggung dari semua program Smartcity.

TRIPISIA: Trip Planner Mudah Berwisata di Indonesia

SCCIC.ID (13/11) – Efisiensi planner wisatawan Indonesia, ITB buat Trip Planner Indonesia atau Tripisia untuk mengeksplorasi sebuah destinasi. Tripisia membantu wisatawan melakukan rencana apa yang akan dilakukan, mencari akomodasi, restoran, dan acara dengan merekomendasikan itinerari otomatis berdasarkan preferensi dan budget.

Penggagas Tripisia, Sri Ratna Wulan mengatakan Tripisia hadir untuk membantu wisatawan Indonesia dalam menyusun agenda berwisatanya.

“Tahap perencanaan ini bisa jadi sangat menyulitkan jika destinasinya lebih dari satu. Ditambah lagi ketika wisatawan ini telah tiba di destinasi yang dituju. Biasanya, wisatawan direpotkan dalam mencari tempat yang akan dituju dan transportasi publik. Bantuan GPS saja belum cukup untuk menunjang kebutuhan wisatawan”. Kata Sri di kantor Smart City and Community Innovation Center (SCCIC).

Tripisia adalah sebuah platform yang bertujuan untuk mengintegrasikan data destinasi pariwisata Indonesia dan mengintegrasikan layanan pariwsata seperti akomodasi, atraksi wisata, dan tempat makan sesuai budget yang ditentukan pengguna Tripisia saat berada di lokasi wisata.

Integrasi Layanan Promosi

Selain itu, Tripisia bertujuan untuk mengintegrasikan layanan untuk mempromosikan restoran dan cafe, lokal-lokal bisnis, acara. Nantinya Tripisia juga dapat memberikan tautan jika ingin memesan hotel dalam satu tempat sehingga wisatawan hanya perlu mengeksplorasi apa yang diperlukan di dalam Tripisia.

Setup aplikasi Tripisia di smartphone Anda

Anda dapat menggunakan Tripisia di handphone Android dengan mengunduhnya di Play Store dan menginstalnya dengan register terlebih dahulu sehingga anda bisa melakukan login dalam Tripisia.

Temukan informasi yang berguna tentang tempat perjalanan Anda

Selain itu, wisatawan juga bisa mengeksplorasi informasi mengenai atraksi wisata, restoran, penginapan, cara pergi ke sebuah tempat, dan tips saat berada disana. Tripisia akan melibatkan pengguna untuk menambahkan informasi mengenai sebuah tempat atau aktivitas, dan review mengenai hal tersebut.

Selain itu, ke depannya Tripisia akan bekerja sama dengan penulis blog traveling dan membuat rekomendasi itinerary perjalanan untuk pengguna. Pembuat bisnis juga dapat mengklaim bisnis mereka, mengupdate informasi dan mempromosikan bisnis mereka. Keterlibatan ini diperlukan agar keandalan dan kelengkapan informasi bisa tercapai.

Sri menambahkan kehadiran Tripisia diharapkan mampu menjadi salah satu bagian dalam meningkatkan infrastruktur teknologi informasi untuk pariwisata dan mendukung program pemerintah dalam meningkatkan jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara.

ITB CEO Net, Pertemukan CEO Perusahaan Kecil dan Besar

SCCIC (12/10) – Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB menggelar “ITB CEO NET & Technopreneurship Festival 2017 On Inovation University-Industry-Government Collaboration” di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat (Jabar), Kamis (12/10).

Ketua LPIK ITB, Prof. Suhono Harso Supangkat, mengatakan, acara ini merupakan ajang mempertemukan para Chief Executive Officer (CEO) dari berbagai perusahaan, baik skala kecil, menengah, dan besar untuk saling berbagi, menciptakan peluang, dan menumbuhkan usahanya.

“Industri itu ada industri besar dan start up. Nah, ini kita gabungkan, mana industri besar dan start up. Di dalam ITB CEO NET ini untuk saling berbagi,” katanya.

CEO dari perusahaan besar bisa memberikan kiat-kiat dan memberikan semangat kepada CEO perusahaan start up atau pemula agar perusahaannya bisa berkembang, di antaranya dengan mendorong melakukan berbagai inovasi.

“Sekarang bagaimana memberikan semangat kepada CEO-CEO muda ini bisa menjadi perusahaan-perusahaan besar. Tentu saja ada proses-proses inovasi, proses-proses kapitalisasi. Acara hari ini dan besok, adalah acara untuk memfasilitasi terbentuknya usaha-usaha atau industri-industri yang baik,” kata Suhono.

Jika perusahaan kecil dan menengah itu bisa tumbuh, lanjut Suhono, tentunya akan membuka lapangan pekerjaan baru, sehingga ITB di antaranya melalui LPIK terus mendorong dan merangsang pihak perusahaan untuk melahirkan berbagai inovasi dalam bisnisnya.

“Inovansi adalah bagaimana mencari metode-metode baru atau gabungan metode lama dengan baru sehingga membeirkan nilai yang lebih,” kata Suhono.

Dosen elektro dan informatika ITB ini kemudian mecontohkan inovasi usaha dengan menggunakan teknologi informasi. “Katakanlah HP memberikan nilai lebih bagi kehidupan anda. Nah, kalau GO-JEK itu inovasi kan. Itu menarik kan seperti itu, itu terkait nilai tambah bagi kehidupan kita,” ujarnya.

Perusahaan-perusahaan kelas star up, lanjut Suhono, tentunya harus kreatif dalam membuat inovasi untuk melahirkan solusi atas berbagai masalah dalam kehidupan. “Kemudian mencari solusi-solusi yang belum ada dilakukan orang,” katanya.

Suhono menjelaskan, selain seminar, pihaknya juga menggelar pameran yang diikuti sekitar 75 peserta mulai dari perusahaan kecil, menengah, hingga besar. Salah satu inovasi yang dipamerkan perusahaan star up, di antaranya tentang ozonifikasi terhadap makanan.

“Sehingga makanan itu sehat. Teknozon itu untuk melakukan proses sterilisasi membunuh bakteri-bakteri yang tidak diperlukan, sehingga makanan dimasak itu sehat,” katanya.

Kemudian, lanjut Suhono, ada juga mengenai bagaimana mengetahui permintaan kondisi Bandung atau kota dengan sosial media. “Itu merupakan inovasi yang kita bangun. Kemudian, ada inovasi untuk meningkatkan efektivitas ketang atau pertanian. Ada sekitar 20-an yang sudah dikerjakan oleh para tenant-tenat ini. Ada sekitar 21 CEO-CEO muda akan presentasi pada hari ini [Kamis],” katanya./gatra

Denpasar Koordinasi dengan ITB tentang Smart City

SCCIC – (28/9) Untuk menindaklanjuti hasil kesepakatan bersama Pemerintah kota Denpasar dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan penelitan dan pengembangan kota Denpasar lakukan koordinasi dan konsultasi terkait grafik rayoniasai sekolah dan system Go Pay di kantor Smart City and Community Inovation Center (SCCIC) ITB, pada Kamis (28/9).

Kedatangan pemerintah kota Denpasar dalam koordinasi tersebut untuk mengetahui lebih lanjut mengenai system penerapan sistem rayonisasi dan sistem go pay yang rencananya akan diterapkan di Kota Denpasar.

“Sebelumnya, Denpasar telah melakukan sosialisasi beberapa program smart city, kami perlu mengetahui langkah yang perlu dilakukan, agar smart city ini terlaksana” ujar kepala bidang social dan pemerintahan, I Gusti Ayu Cakrawati.

Menurut peneliti SCCIC, I GB Baskara hal ini perlu ditindaklanjuti dengan cara perlahan, karena menurutnya pemerintah sekarang telah berusaha mengubah system pembayaran menjadi cashless atau dengan cara transaksi virtual.

“pemerintah sedang berusaha mengubah transaksi menjadi cashless, seperti toll pasar online, dengan kartu atau gadget HP, maka dengan itu kami mau tidak mau harus menyediakan nya secara terorganisir, bias dimulai dengan public service dahulu”, jelas Baskara.

“selanjutnya, setelah sosialisasi smart city pada masyarakat, perlu roadmap atau langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan pemerintah, meskipun sedikit-sedikit, juga peru adanya master plan” lanjutnya.

Menurutnya, penerapan smart city tidak bisa cepat diterapkan, akan tetapi bisa dipaksakan.

“Penerapan smart city, tidak bisa cepat diaksanakan, karena pemerintah kita dan masyarakat kita belum sepenuhnya siap, sepert banyak aplikasi online yang diterapkan di beberapa kota belum bisa berjalan lancer, meskipun begitu, smart city bisa dipaksakan, missal dalam public service, contohnya Kartu tiket Kereta Api” pungkasnya.

[Indra Irawan]

Pemkot Denpasar Kolaborasi Dengan Itb Bidang Teknologi

SCCIC – (25/9), Pemerintah Kota Denpasar dalam menciptakan perkembangan teknologi, guna untuk menjadkan Kota Denpasar sebagai SmartCity kali ini melakukan kerja sama dengan Institute Teknologi Bandung atau disingkat dengan ITB. Sebuah langkah yang tepat diambil oleh Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra untuk membawa Kota Denpasar sebagai sebuah Smart City atau kota pintar. Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat dan diperlukannya invasi dan daya kreatifitas untuk Kota Denpasar yang lebih baik kedepannya.

Transformasi langkah Rai Mantra dalam mengubah tata Pemerintahan Kota Denpasar berbasis digital. Langkah demi langkah dilakukan dengan memperkenalkan Kota Denpasar melalui website, kemudia disusul dengan sebuah transparansi serta akunbilitas dan transaksi-transaksi atau proses secara elektonik seperti, e-bugeting, e-planing dan sebagainya. Itu merupakan sebuah proses yang harus dilakukan di pemerintahan agar lebih efektif.

Untuk itu perlu ada nya sebuah pengentahuan akan Smart City dengan tantangan mengubah pola pikir dari pada Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat menjadi orang-orang yang mengetahui tentang teknologi, terutama di Pemerintahan./ denpasarkota.go.id

[Indra Irawan]